Sabtu, 28 Maret 2015

Kesusastraan Dalam Bentuk Puisi


Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya. Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.

Berdasarkan asal usulnya, istilah kesusastraan berasal dari bahasa Sanskerta, yakni su dan sastra dengan mendapatkan imbuhan ke- dan -an. Su berarti bagus atau indah, sedangkan sastra berarti buku,tulisan atau huruf. Berdasarkan kedua kata itu, susastra di artikan tulisan yang indah. Istilah tersebut kemudian mengalami perkembangan. Kesusastraan tidak hanya berupa tulisan, tetapi ada pula yang berbentuk lisan. Karya semacam itu di namakan dengan sastra lisan. Oleh karena itu, sekarang yang dinamakan dengan kesusastraan meliputi karya sastra lisan dan tertulis dengan ciri khas nya terdapat pada keindahan bahasanya. 

Bentuk-bentuk Kesusastraan
·   Puisi
·   Cerita Rekaan (fiksi)
·   Essay dan Kritik
·   Drama

Disini kita akan membahas tentang contoh kesusastraan berbentuk puisi. Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Puisi adalah bentuk ekspresi pengalaman empiric atau batin yang diwujudkan dengan bahasa-bahasa indah, perumpamaan dan kiasan. Puisi juga merupakan cara penyampaian tak langsung dari seseorang terhadap sesuatu hal yang dirasa, emosi dan perasaan jiwa yang dialami seseorang. Cara tak langsung itu dilakukan melalui aneka bentuk perumpamaan yang terangkai dalam sajian kata-kata yang indah, singkat, multitafsir dan cerdas dalam bahasa berirama.

Kalian ingat dengan film ‘Ada Apa Dengan Cinta (AADC)’?? Benar Sekali di film yang tayang pada tahun 2002 itu bercerita tentang pemeran utama pria yang bernama rangga sangat menyukai karya sastra dan selalu membawa buku kumpulan puisi Chairil Anwar yang berjudul Aku karya Syumandjaya disini kita akan membahas tentang puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Aku”.

AKU

Kalau sampai waktuku           
'Ku mau tak seorang kan merayu       
Tidak juga kau…

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang          
Dari kumpulannya terbuang…

Biar peluru menembus kulitku           
Aku tetap meradang menerjang…

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri…

Dan aku akan lebih tidak perduli…
Aku mau hidup seribu tahun lagi…   

Chairil Anwar
Maret 1943

Struktur Puisi           
Tema
Puisi ‘Aku’ karya Chairil Anwar diatas mengandung tema perjuangan. Hal ini dapat terlihat dari kalimat “Biar peluru menembus kulitku, aku tetap meradang menerjang”. Puisi ini bercerita tentang semangat merebut hidup yang pastilah tidak mudah, apalagi bagi penyair yang penuh kesulitan hidup ini. Bahkan meskipun dia berbicara tentang sesuatu yang perih-pedih, semangat hidupnya tetap terasa menggelora. Adalah karakter penyair ini tampaknya, bahwa dia tidak mudah menyerah melawan hidup yang begitu pedih

Rasa
Pada puisi di atas merupakan eskpresi jiwa penyair yang menginginkan kebebasan dari semua ikatan. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa “jika sampai waktunya”, ia tidak mau terikat oleh siapa saja, apapun yang terjadi, ia ingin bebas sebebas-bebasnya sebagai “aku”. Bahkan jika ia terluka, akan di bawa lari sehingga perih lukanya itu hilang. Ia memandang bahwa dengan luka itu, ia akan lebih jalang, lebih dinamis, lebih bergairah hidup. Sebab itu ia malahan ingin hidup seribu tahun lagi. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa penyair. Puisi Aku ini adalah puisi Chairil Anwar yang paling memiliki corak khas  dari beberapa sajak lainnya.  

Nada
Nada yang dimaksud disini adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan atau sikap oenyair terhadap pembaca. Dalam Puisi ‘Aku’ terdapat kata ‘Tidak juga kau’, Kau yang dimaksud dalam kutipan diatas adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut, entah itu baik, atau pun buruk. Disamping Chairil ingin menunjukkan ketidakpeduliannya kepada pembaca, dalam puisi ini juga terdapat pesan lain dari Chairil, bahwa manusia itu itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah. Oleh karena itu, janganlah memandang seseorang dari baik-buruknya saja, karena kedua hal itu pasti akan ditemui dalam setiap manusia. Selain itu, Chairil juga ingin menyampaikan agar pembaca tidak perlu ragu dalam berkarya. Berkaryalah dan biarkan orang lain menilainya, seperti apa pun bentuk penilaian itu. 

Diksi
Untuk ketetapan pemilihan kata, penyair banyak menggunakan diksi yang tepat, karena mudah dipahami oleh pembaca dan mempunai emosi yang cukup kuat serta bermakna konotatif untuk memperindah puisinya seperti : 
Kalau sampai waktuku = kalau aku mati       
Ku mau tak seorang’kan merayu = ku tahu
Tak perlu sedu sedan = tak ada gunanya kesedihan itu         
Binatang jalang = orang hina 

Pernyataan diri sebagai binatang jalang adalah kejujuran yang besar, berani melihat diri sendiri dari segi buruknya. Efeknya membuat orang tidak sombong terhadap kehebatan diri sendiri sebab selain orang mempunyai kehebatan juga ada cacatnya, ada segi jeleknya dalam dirinya.

Citraan
Di dalam puisi ini terdapat beberapa pengimajian, diantaranya :      
Ku mau tak seorang’kan merayu (Imaji Pendengaran)        
Tak perlu sedu sedan itu’ (Imaji Pendengaran)        
Biar peluru menembus kulitku’ (Imaji Rasa)
Hingga hilang pedih perih’ (Imaji Rasa).

Citraan yang disampaikan oleh Chairil Anwar sangat bermakna dan mempunyai ciri khas tersendiri. Ia memberikan kesan yang berbeda saat pembaca membaca puisi ini. Berbeda dengan karya sebelumnya, dalam puisi Aku Chairil Anwar membuat para pembaca ikut merasakan apa yang dirasakannya.

Gaya bahasa
Dalam bahasa “Aku” penyair banyak menggunakan majas hiperbola. Selain itu, terdapat campuran bahasa indonesia yang tidak baku seperti perduli dan peri. Walaupun begitu ia sangat mahir dalam membuat pembaca terbius dengan puisi-puisinya. 

Kata Konkret           
Secara makna, puisi Aku tidak menggunakan kata-kata yang terlalu sulit untuk dimaknai, bukan berarti dengan kata-kata tersebut lantas menurunkan kualitas dari puisi ini. Sesuai dengan judul sebelumnya, puisi tersebut menggambarkan tentang semangat dan tak mau mengalah, seperti Chairil itu sendiri. Puisi Aku ini adalah puisi Chairil Anwar yang paling memiliki corak khas  dari beberapa sajak lainnya. Alasannya, sajak Aku bersifat destruktif terhadap corak bahasa ucap yang biasa  digunakan penyair Pujangga Baru seperti Amir Hamzah sekalipun. Idiom ’binatang jalang’ yang digunakan dalam sajak tersebut pun sungguh suatu  pendobrakan akan tradisi bahasa ucap Pujangga Baru yang masih cenderung mendayu-dayu.

Irama
Ritme dalam puisi yang berjudul ‘Aku’ ini terdengar menguat karena ada pengulangan bunyi (Rima) pada huruf vocal ‘U’ dan ‘I’. Vokal ‘U’pada larik pertama dan ke dua, pengulangan berseling vokal a-u-a-u  
Larik pertama ‘Kalau sampai waktuku.        
Larik kedua ‘Ku mau tak seorang-’kan merayu.       
Larik kedua ‘Tidak juga kau’.
Pengulangan vokal ‘I’:           
Luka dan bisa kubawa berlari           
Berlari
Hingga hilang pedih perih     
Dan aku akan lebih tidak peduli        
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Rima
Dalam puisi “Aku” Chairil Anwar memberikan rima yang jelas berbeda dengan “Krawang-Bekasi”, hal ini terlihat dalam larik
·      Rima tak sempurna
Kalau sampai waktuku      
’Ku mau tak seorang ’kan merayu
Tidak juga kau

·      Rima Terbuka à yang berima adalah suku akhir suku terbuka dengan vokal yang sama. 
Luka dan bisa kubawa berlari       
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dalam puisi ”Aku” gaya bahasa yang diberikan oleh Chairil Anwar juga hiperbola seperti yang tergambar dalam larik
Aku ini binatang jalang          
Dari kumpulannya terbuang  

Biar peluru menembus kulitku           
Aku tetap meradang menerjang         
   
Luka dan bisa kubawa berlari           
Berlari
Hingga hilang pedih peri       

Dan aku akan lebih tidak perduli       
Aku mau hidup seribu tahun lagi       


Hal ini  jelas hiperbola tersebut merupakan penonjolan pribadi Chairil Anwar, ia mencoba untuk nyata berada di dalan dunianya. Sehingga membuat pembaca terhanyut dalam rima yang indah. 

Amanat
Amanat dalam Puisi ‘Aku’ karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan  dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut :
· Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadang.
· Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannya saja.
·  Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya.    

Penyair memberikan pengalaman kepada para pembaca agar lebih mengerti tentang karya sastra dan tidak teracuni dengan karya sastra tersebut danme motivasi pembaca untuk lebih mengenal karya sastra. Kiasan-kiasan yang dilontarkan oleh Chair Anwar dalam puisinya menunjukan bahwa di dalam dirinya mencoba memetaforakan akan bahasa yang digunakan yang bertujuan mencetusan langsung dari jiwa. Cetusan itu dapat bersifat mendarah daging, seperti sajak “aku”. Dengan kiasan-kiasan itu gambaran menjadi konkrit, berupa citra-citra yang dapat diindra, gambaran menjadi nyata, seolah dapat dilihat, dirasakan sakitnya. Di samping itu kiasa-kiasan tersebut menyebabkan kepadatan sajak. Untuk menyatakan semangat yang nyala-nyala untuk merasakan hidup yang sebanyak-banyaknya digunakan kiasan “aku mau hidup seribu tahun lagi”. Jadi berdasarkan dasar konteks itu harus ditafsirkan bahwa Chairil Anwar dalam puisi “aku” dapat didefinisaikan sebagai bentuk pemetaforaan bahasa atau kiasan bahwa yang hidup seribu tahun adalah semangatnya bukan fisik.

Sumber Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar